 A.   
Latar
Belakang
     A.   
Latar
Belakang
Sejak
diperkenalkannya fotografi pada tahun 1826, dimana pada saat itu fotografi
dikenal sebagai kajian ilmu yang sangat baru dan awam bagi masyarakat dunia.
Seiring berjalannya waktu dan jaman kini fotografi perkembangannya demikian
pesat. Perkembangan teknologi yang canggih pengambilan gambar saat ini bisa
dilakukan setiap hari hampir 24 jam, dengan teknik pencahayaan pengambilan
gambar akan terlihat mudah.Mata kuliah fotografi merupakan suatu bidang kajian
ilmu yang dipelajari dalam perkuliahan di jurusan Ilmu Komunikasi konsentrai
Hubungan Masyarakat. Kajian fotografi ini sebagai bagian dari kegiatan humas
untuk memberikan pengetahuan secara praktis dan teoritis bagaimana menggunakan
seuatu kamera, serta mendapatkan gambar atau potret yang memberikan makna
pemberian pesan yang lebih efektif dalam setiap informasi yang akan disampaikan
oleh seorang Humas.Dalam kajian fotografi ini akan membahas tentang sejarah
awal mulanya fotografi,pengertian fotografi, anatomi kamera, pencahayaan, serta
proses dan teknik pengambilan gambar.
 
 B. ALAT DAN BAHAN :
1. Laptop 
2. Koneksi Internet
C. WAKTU PELAKSANAAN : 
Sesuai dengan banyaknya materi .
D. PEMBAHASANNYA :
Komposisi mengacu pada cara mengatur dan menata berbagai elemen dari 
sebuah adegan dalam frame. Elemen yang dimaksud di sini meliputi subjek dan objek dari adegan. Sedangkan yang dimaksud dengan adegan adalah apa yang akan Anda foto. Komposisi bukan aturan keras tetapi "
pedoman".
 Hal ini telah digunakan dalam seni selama ribuan tahun dan sampai saat 
ini komposisi telah membantu banyak fotografer profesional untuk 
mencapai gambar dengan perspektif yang lebih menarik. 
Dalam artikel ini, saya akan lebih cenderung membahas teknik-teknik komposisi yang kuat untuk meningkatkan fotografi Anda. Ada 
18 pedoman teknik komposisi
 yang akan saya bahas pada topik kali ini. Saya pribadi biasanya 
memiliki satu atau lebih dari pedoman dalam pikiran saya ketika sedang 
menyiapkan kamera. Baik, kita akan mulai dengan membahas teknik 
komposisi yang paling umum dan terkenal di semua kalangan fotografer 
yaitu "
Aturan Pertiga" atau "
Rule of Thirds".
1. Rule of Thirds (Aturan Pertiga)
Aturan pertiga atau Rule of Thirds ini sangat sederhana. Anda hanya 
perlu membagi frame menjadi 3 bagian vertikal dan 3 bagian horizontal, 
sehingga keseluruhan menghasilkan 9 bagian (kotak) seperti yang 
ditunjukan pada gambar di bawah. Hari ini, hampir semua produsen 
kamera bahkan termasuk smartphone menyediakan bantuan garis "grid" yang 
tidak lain adalah untuk aturan pertiga atau Rule of Thirds. Nah, garis 
itu akan membantu Anda mengatur komposisi yang baik. Coba periksa kamera Anda sekarang. Untuk kamera DSLR, Anda bisa melihat garis ini pada mode Life View, bukan lewat jendela bidik (Viewfinder). 
Dengan garis Rule of Thirds Anda bisa menempatkan elemen penting dari 
adegan sepanjang satu atau lebih garis vertikal. Kebanyakan orang 
cenderung ingin menempatkan subjek utama (POI)
 di tengah frame. Tapi jika Anda berani menempatkan subjek keluar dari 
pusat dengan aturan pertiga ini, maka Anda akan lebih sering menemukan 
komposisi yang lebih menarik. Itulah kegunaan dari Rule of Thirds, yang 
tidak hanya untuk membuat susunan elemen dalam gambar menjadi rapi, 
tetapi dapat juga Anda gunakan untuk mencapai perspektif yang unik.
|  | 
| 
 | 
Pada foto di atas, horizontal bumi ditempatkan pada bagian bawah frame, 
sedangkan pohon-pohon terbesar diletakkan pada bagian kanan frame. 
Sekarang Anda lihat sendiri, garis dari Rule of Thirds telah membantu 
meluruskan garis horizontal dari bumi dan juga pohon agar terlihat tegak
 lurus dalam frame. Kesimpulannya bahwa Rule of Thirds ini akan membantu
 gambar Anda menjadi lebih rapi dan tidak miring sana-sini. Tapi bukan 
hanya sebatas kerapian saja, membuat komposisi dengan aturan pertiga 
bisa menghasilkan visual yang berbeda atau perspektif yang unik. 
Contohnya kembali lagi pada foto di atas, jika seandainya pohon-pohon 
besar ditempatkan di tengah frame maka gambar tersebut tidak lagi 
menampilkan visual yang sama. Ini lah menariknya bermain dengan 
komposisi. Untuk melihat perbedaannya, cobalah sering-sering latihan.
Untuk foto "
Old Town Square" di atas, horizontal bumi ditempatkan
 pada bagian atas frame. Sedangkan menara gereja ditempatkan di bagian 
kanan frame. Adapun bangunan depan gereja ada yang serong ke kiri dan ke
 kanan. Tampak depan bangunan gereja juga tidak lurus. Tapi dengan 
pengaturan demikian, gambar menunjukan komposisi yang tidak hanya rapi 
tapi juga teliti, sehingga gambar di atas termasuk gambar yang kuat 
dengan komposisi yang menarik.
2. Komposisi Tengah dan Simetri
Saya tidak berani mengatakan bahwa posisi subjek di tengah frame adalah 
pilihan yang terbaik. Tidak, semua tergantung posisi subjek yang Anda 
hadapi. Bisa jadi menarik di pusat atau justru sebaliknya. Apalagi seni 
itu menyangkut selera kita masing-masing. Biasanya untuk beberapa 
adegan, komposisi subjek di tengah akan bekerja lebih baik. Tapi untuk 
memberi Anda sedikit gambaran, saya akan menunjukan salah satu alasan 
mengapa beberapa orang kadang menempatkan subjeknya di tengah frame, 
salah satunya dan paling sering adalah untuk adegan "
simetri".
Foto di atas adalah contoh adegan simetri yang baik. Artinya, penempatan
 subjek lampu jembatan di sepanjang tengah frame benar-benar bekerja 
dengan baik. Lihat saja sendiri, pembagian sisi kiri dan kanan jembatan 
benar-benar seimbang. Tapi apakah hal tersebut akan selalu berlaku sama 
pada subjek / objek lainnya? 
Tidak juga. Keberuntunagn foto di atas 
karena arsitekturnya yang memang rapi sehingga simetri bekerja dengan 
baik. Kesimpulannya bahwa dengan teknik simetri Anda harus memperhatikan
 proporsional objek yang Anda bidik.
Adegan yang mengandung refleksi juga merupakan kesempatan besar untuk 
menggunakan simetri dalam komposisi gambar Anda. Pada gambar di atas 
menggunakan campuran aturan pertiga dan simetri untuk menyusun adegan. 
Pohon diposisikan keluar dari pusat yaitu di bagian kanan frame tapi 
memiliki refleksi. Dari contoh gambar di atas, artinya Anda dapat juga 
menggabungkan beberapa pedoman komposisi dalam satu adegan.
3. Foreground Interest dan Kedalaman
Menangkap beberapa subjek menarik untuk dijadikan poin di latar depan (Foreground Interest)
 adalah cara yang bagus untuk menambahkan rasa kedalaman pada sebuah 
adegan. Hal tersebut merupakan juga salah satu dari teknik komposisi 
yang untuk menampilkan gambar seolah 3D.
Objek foto di atas adalah air terjun di 
Belanda. Elemen batu di sungai menjadi subjek yang sempurna sebagai "
Foreground Interest". 
Menambahkan elemen penting di latar depan sering kali bekerja dengan baik, apalagi jika adegan diambil menggunakan lensa sudut lebar (wide-angle).
Contoh lainnya adalah foto di atas. Sebuah rantai di sepanjang tepi 
dermaga menjadi peluang besar untuk mengambil poin sebagai Foreground 
Interest. Ini salah satu contoh membuat sebuah kedalaman dengan 
komposisi. Dan itu diperkuat dengan tambahan elemen lain di sepanjang 
sisi kiri rantai yaitu tepi dermaga dan lampu jalan. Kemudian yang 
menjadi menarik dari pengaturan foto di atas bahwa di belakang rantai 
ada objek bangunan megah, dan terlihat juga sebuah jembatan yang 
menghubungkan antara objek tersebut dengan tepi dermaga. Nah, yang 
menjadi pusat perhatian utama dari seluruh elemen dalam gambar adalah 
rantai kapal. Menarik bukan? Itu lah contoh komposisi Foreground Interest.
4. Frame within a Frame (Bingkai Dalam Frame)
Mungkin perlu saya perjelas 
bahwa arti "frame" yang saya sebut-sebut 
di sepanjang pembahasan di atas adalah luas area adegan yang mampu 
ditangkap oleh kamera Anda (lebar x tinggi). Jadi jangan Anda keliru dengan penggunaan kata frame tersebut dan kata frame lainnya (bingkai).
Untuk teknik komposisi ini, cobalah Anda mencari elemen-elemen 
seperti jendela, gerbang masuk bangunan atau cabang pohon yang 
melengkung untuk membingkai adegan. Bingkai tidak perlu harus 
mengelilingi seluruh adegan agar ia menjadi efektif.
Pada foto 
St Mark’s Square di atas, sebuah gerbang dimanfaatkan untuk membingkai objek yaitu bangunan 
Marks Basilica. 
Menampilkan pemandangan dari sebuah elemen lengkung adalah ciri khas umum dari lukisan "Renaissance"
 sebagai cara untuk menggambarkan sebuah kedalaman. Hal itu kemudian 
diterapkan juga pada seni fotografi dalam teknik komposisi "Frame within a Frame", dan foto di atas adalah contohnya.
Bingkai tidak harus benda buatan manusia seperti gerbang atau jendela. Contoh lain adalah foto di atas yang diambil di 
County Kildare, 
Irlandia.
 Batang pohon diposisikan di kanan, kemudian memanfaatkan cabangnya yang
 memanjang ke kiri untuk membingkai adegan yaitu jembatan dan rumah 
perahu. Coba Anda perhatikan, meskipun bingkai tidak benar-benar 
mengelilingi seluruh adegan tapi masih bisa menambah rasa kedalaman pada
 gambar tersebut.
Dengan Anda menggunakan teknik komposisi "
Frame Within a Frame" 
atau bingkai dalam frame dapat memberikan kesempatan besar untuk 
memanfaatkan banyak elemen di sekitar Anda, untuk menjadi kreatif dalam 
komposisi Anda.
5. Leading Lines (Garis Pembimbing) 
Leading Lines dapat membantu mereka yang melihat foto Anda untuk 
melihat sepanjang gambar dan memusatkan perhatian pada elemen-elemen 
penting. Apa pun yang menjadi jalur, dinding atau pola dapat digunakan 
sebagai garis pemimbing atau Leading Lines. Lihatlah contoh di bawah 
ini.
Dalam foto menara Eiffel di atas, pola yang terbentuk di 
lantai dimanfaatkan sebagi Leading Lines. Semua garis di lantai menuju 
pada satu titik yaitu ke menara Eiffel yang berada di kejauhan. 
Kalau Anda jeli melihat gambar di atas, bahwa foto di atas juga 
menggunakan "komposisi tengah" sehingga terlihat adegan simetri. Ya, 
seperti yang saya katakan sebelumnya bahwa kita bisa menggunakan dua 
atau lebih teknik komposisi sekaligus.
Tapi ingat, garis pembimbing tidak harus lurus, contoh lainnya seperti gambar di atas.
 Sekalipun itu garis lengkung namun karena itu jelas menonjolkan satu 
subjek, sehingga cara tersebut menjadi komposisi khas yang sangat 
menarik. Dalam kasus foto pemandangan di atas, lengkungan jalan di mulai
 dari arah kiri kemudian melengkung di sebelah kanan pohon. Dan pada 
pengambilan adegan di atas diterapkan bersama aturan pertiga (Rule of 
Thirds).
6. Diagonal dan Segitiga
Sering dikatakan bahwa komposisi diagonal dan segitiga dapat menambahkan "ketegangan dinamis"
 pada sebuah gambar. Apa Anda tahu yang saya maksud dengan ketegangan 
dinamis di sini? Untuk memahaminya saya beri Anda contoh menggunakan 
horizontal. Jika Anda melihat seseorang berdiri di atas permukaan 
yang horizontal, maka ia akan terlihat stabil. Tapi jika seseorang 
berdiri di permukaan yang miring seperti arah jarum jam 02.00, maka ia 
terlihat kurang stabil. Nah, hal tersebut menciptakan sebuah visual 
ketegangan tertentu. Kita bisa membuat visual seperti itu dengan 
mengambil adegan dari sudut tertentu yang bisa membuat seolah subjek 
berdiri di atas kemiringan. 
Semua orang dalam kehidupan sehari-harinya tentu tidak ingin melihat 
sesuatu dengan posisi kepala sengaja dimiringkan. Sehingga ketegangan 
dinamis oleh komposisi segitiga dalam fotografi jarang terfikirkan oleh 
kebanyakan fotografer. Selain itu, memasukkan teknik komposisi segitiga 
ke dalam adegan adalah cara yang efektif untuk memahami seperti apa itu 
ketegangan dinamis yang ditimbulkan oleh komposisi tersebut.
Contohnya gambar di atas yang menggabungkan banyak segitiga dan diagonal
 ke dalam adegan. Jembatan itu sendiri adalah segitiga yang sebenarnya 
dan ada juga beberapa segitiga "tersirat" dalam adegan. Perhatikan, ada 
Leading Lines
 di sebelah kanan frame, semua diagonal dan bentuk segitiga yang bertemu
 pada titik yang sama. Itu adalah "segitiga tersirat". Objek yang 
memiliki garis diagonal ke arah yang berbeda dapat menambahkan banyak 
"ketegangan dinamis" ke dalam adegan. Sekali lagi, Anda dapat melihat 
bagaimana cara menggabungkan dua teknik untuk menyusun komposisi gambar 
yaitu Leading Lines dan diagonal.
Dalam foto 
Hotel de Ville di atas, segitiga dan diagonal tersirat menciptakan rasa ketegangan dinamis. 
Bangunan
 yang seolah berdiri di atas tanah yang miring ditimbulkan oleh 
perspektif dari sudut pengambilan gambar di arah kanan. Inilah yang 
menciptakan ketegangan visual.
7. Pola dan Tekstur
Manusia secara alamiah tertarik pada pola. Karena secara visual pola 
menarik dan mensugesti sebuah harmoni. Pola bisa dibuat oleh manusia 
seperti serangkaian bangunan lengkung atau alami seperti kelopak bunga. 
Menggabungkan pola dalam foto-foto Anda adalah cara alternatif lainnya 
untuk membuat komposisi yang menyenangkan. Kemudian, memiliki banyak 
tekstur dalam gambar juga bisa sangat menyenangkan di mata pemirsa 
(orang-orang yang melihat foto Anda).
Foto di atas diambil di 
Tunisia dengan memanfaatkan pola yang 
terbentuk di lantai untuk membimbing mata pemirsa ke bangunan berkubah. 
Ini mirip dengan cara kerja komposisi 
Leading Lines. Bangunan itu sendiri menggabungkan pola dalam bentuk serangkaian lengkungan.
Dalam foto kedua di atas juga ditembak di Tunisia, dan saya benar-benar 
menyukai tekstur batu di lantai. Tekstur tersebut kurang teratur 
ketimbang pola pada foto pertama di atas, tapi permainan cahaya dan 
bayangan di permukaan sangat menyenangkan. Ada juga tekstur menarik pada
 dinding dan atap. Anda mungkin juga telah memperhatikan bahwa 
lengkungan pada pintu menciptakan "
Frame within a Frame".  
8. Rule of Odds
Dalam dunia fotografi, tentu ada banyak peluang tapi "Rule of Odds" adalah sesuatu yang sama sekali berbeda. Aturan ini menunjukkan bahwa gambar akan lebih menarik secara visual jika ada yang "ganjil" pada subjek.
 Aneh bukan? Teori ini mensugesti pemirsa bahwa jumlah elemen ganjil 
dalam sebuah adegan akan mengganggu mata pemirsa sehingga tidak yakin 
untuk memfokuskan perhatiannya pada subjek yang mana. Teknik ini 
memanfaatkan kekurangan dari adegan. Karena seperti yang kita ketahui 
bahwa sesuatu yang ganjil itu akan lebih mudah mencuri perhatian banyak 
orang. Sebenarnya, saya pikir ada banyak kasus di mana hal ini bisa saja
 dihindari, tetapi akan ada tempat dan situasi di mana hal ini akan 
tetap berlaku. 
|  | 
| 
 | 
Foto di atas adalah contoh dari teknik komposisi Rule of Odds. 
Fotografernya sengaja membingkai adegan dengan memasukkan tiga 
lengkungan. Itu pilihan yang lebih baik, karena dua lengkungan biasanya 
tidak bekerja dengan baik dan bisa berpotensi membuat perhatian pemirsa 
terbagi ke kiri atau kanan. 
Coba Anda perhatikan, yang ganjil pada 
foto di atas adalah tiga buah lampu dengan posisi kabel yang berbeda, 
kemudian dua manusia di lengkungan tengah dan satu manusia di lengkungan
 kiri. Gambar tersebut juga menggabungkan komposisi pola dan "Frame within a Frame".
9. Fill the Frame
Sesuai namanya, bahwa teknik komposisi ini akan mengisi penuh frame 
dengan subjek Anda, dan hanya meninggalkan sedikit atau tidak sama 
sekali ada ruang di sekitar subjek. Ini membantu subjek untuk tampil
 fokus sepenuhnya sebagai subjek utama dan tanpa gangguan. Hal ini juga 
memungkinkan pemirsa untuk mengeksplorasi detail dari subjek yang tidak 
akan memungkinkan jika subjek difoto dari kejauhan. Komposisi "
Fill the Frame"
 sering memberi Anda peluang untuk begitu dekat dan dapat memotong 
elemen-elemen penggangu dari subjek Anda. Dalam banyak kasus, teknik ini
 dapat menunjukan tampilan subjek yang sangat alami dengan komposisi 
yang menarik.
|  | 
| Image Credit © Barry O Carroll | 
Pada foto singa sebelah kiri di atas, subjek mengisi frame sepenuhnya
 dengan wajahnya. Hal ini memungkinkan pemirsa untuk benar-benar fokus 
pada rincian seperti mata, tekstur dan bulu singa. Anda juga mungkin
 memperhatikan bahwa foto singa tersebut menggunakan Rule of Thirds 
untuk mengatur keseimbangan mata, hidung dan mulut singa. Sedangkan pada
 foto kedua sebelah kanan, ada sedikit sisa ruang di sekitar subjek 
bangunan. Poin pada foto tersebut adalah untuk menampilkan detail 
arsitektur pada sisi depan dan samping gedung.
10. Ruang Negatif
Sederhanya pedoman komposisi ini adalah kebalikan dari teknik 
komposisi Fill the Frame di atas. Mengambil banyak ruang yang kosong 
atau ruang "negatif" di sekitar subjek juga bisa menjadi sangat menarik. Ini menciptakan rasa kesederhanaan dan minimalis. 
Teknik
 komposisi ini mempunyai tujuan yang sama seperti Fill the Frame yaitu 
membantu untuk fokus pada tampilan subjek utama tanpa gangguan.
Foto patung 
Dewa Siwa di atas sebenarnya contoh yang baik untuk 
komposisi ruang negatif. Patung sebagai subjek utama tetapi foto di atas
 telah meninggalkan banyak ruang dan hanya diisi oleh langit di 
sekitarnya. Ini memfokuskan perhatian kita pada patung itu sendiri dan 
juga menciptakan rasa kesederhanaan. Tidak ada yang rumit tentang 
adegan, hanya patung yang dikelilingi oleh langit, itu saja. Kemudian 
foto menggunakan Rule of Thirds untuk menempatkan patung di sebelah 
kanan frame. 
Saya sering menggunakan komposisi ini untuk memotret lomba panjat 
pinang, sehingga subjek terlihat seperti berinteraksi di langit. Selain 
itu, komposisi ini juga bisa digunakan untuk membuat foto minimalis, 
meskipun konsep foto minimalis memiliki pedoman khusus tersendiri.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
11. Simplicity (Sederhana) dan Minimalis 
Dalam pedoman terakhir di artikel sebelumnya, kita melihat bagaimana 
hasil dari komposisi yang menggunakan ruang negatif di sekitar subjek 
utama, yang dapat menciptakan rasa kesederhanaan dan minimalis. 
Kesederhanaan itu sendiri dapat menjadi alat komposisi yang kuat dan juga salah satu teknik komposisi yang dikenal sebagai "Simplicity".
 Simplicity sering diartikan sebagai memotret dengan latar belakang 
(background) yang tidak rumit atau yang tidak mengalihkan perhatian dari
 subjek utama. Tapi cara lain menerapkan komposisi ini bisa juga 
dengan melakukan zooming pada bagian dari subjek dan fokus pada detail 
tertentu dari subjek.
Dalam foto pertama di atas, mata pemirsa akan terfokus pada tetesan air 
di atas daun. Ini merupakan subjek sederhana namun juga sangat indah 
justru karena kesederhanaannya. Dengan lensa makro Anda bisa dengan 
mudah membuat jenis foto seperti ini. 
Membuat background blur juga 
merupakan teknik komposisi untuk memisahkan subjek utama dengan 
background yang bisa saja mengganggu pandangan pemirsa, sehingga 
memudahkan mata pemirsa untuk fokus langsung pada subjek utama. 
Dalam foto kedua di atas, penggunaan latar belakang yang sederhana 
(lebih pas jika polos) dan rapi bertujuan untuk memusatkan perhatian 
pemirsa pada pohon sebagai subjek utama (
Poin of Interest).
 Foto ini memanfaatkan "ruang negatif" untuk menciptakan komposisi 
Simplicity dan minimalis. Foto di atas juga menggunakan teknik komposisi
 
Rule of Thirds dan 
Leading Lines.
12. Kombinasi Warna 
Penggunaan warna merupakan salah satu komposisi yang sering diabaikan. 
Teori warna adalah sesuatu yang desainer grafis, desainer fashion dan 
desainer interior, semua sangat akrab dengan permainan warna. Kombinasi 
warna yang pas / serasi dapat secara visual terlihat sangat mencolok. 
Maka disitulah letak poinnya. Dan itu yang akan kita manfaatkan dalam 
fotografi.
Coba Anda perhatikan roda warna di atas. 
Roda warna tersebut akan 
membantu Anda untuk membuat kombinasi warna yang serasi. Caranya Anda 
hanya perlu menggabungkan dua warna yang saling berlawanan pada roda 
warna di atas. Dan warna yang saling berlawanan itu lah yang dikatakan 
sebagai "complimentary colors". Sebagai seorang fotografer, 
kita bisa mencari adegan yang memiliki kombinasi warna complimentary 
sebagai cara untuk menciptakan komposisi yang menarik dan mencolok. 
Pernahkah Anda memperhatikan berapa banyak poster film memiliki skema 
warna biru dan kuning atau orange? Hal ini dilakukan dengan sengaja 
untuk membuat iklan yang menarik mata setiap orang yang melihatnya.
Foto di atas adalah contoh kombinasi warna yang cerdas yaitu biru tua 
dan kuning sehingga gedung terlihat mencolok sendiri dan mudah dikenali 
sebagai subjek utama. Strategi pemilihan warna kontras seperti ini akan 
membuat subjek utama mudah menarik perhatian pemirsa (orang-orang yang 
melihat foto Anda). 
Merah dan biru juga bagian dari warna complimentary pada roda warna. 
Contohnya gedung pada foto di atas yang menyala dengan warna merah. Oleh
 karenanya membuat gedung sangat mencolok terhadap warna biru langit di 
malam hari. Saya suka memotret area perkotaan ketika langit biru pada 
awal menjelang malam. Birunya langit sebagai latar belakang menjadi 
sangat menarik untuk arsitektur kota dan lampu dari gedung. Dan bila 
langit berwarna hitam gelap menjelang pertengahan malam tidak akan 
terlihat mencolok dan kontras dengan lampu-lampu dalam kota.
13. Rule of Space
Aturan ruang atau Rule of Space berkaitan dengan arah subjek dalam 
gambar Anda yaitu menghadap atau bergerak ke arah mana. Jika Anda 
mengambil foto dari mobil yang bergerak misalnya, sebaiknya ada ruang 
yang tersisa di depan mobil daripada di belakangnya. Ini akan 
menjelaskan bahwa mobil dalam gambar sedang bergerak maju dan mudah 
dipahami mobil itu menuju ke arah mana. Mari kita lihat contoh dari foto
 perahu di bawah ini.
Dalam foto di atas, perahu berada di sisi kiri frame dan sedang bergerak
 ke kanan frame. Perhatikan bagaimana gambar terlihat karena ada lebih 
banyak ruang bagi perahu untuk pindah dari kiri ke kanan. Secara tidak 
langsung, cara ini akan membuat pemirsa membayangkan perahu berlayar di 
sepanjang sungai. Dan pemirsa akan cenderung menebak di mana arah tujuan
 perahu berlayar. Jika perahu itu tepat di sisi kanan dari frame, itu 
akan berpotensi menggiring pandangan pemirsa keluar dari foto itu.
Teknik komposisi ini juga dapat digunakan untuk memotret manusia. Pada 
contoh kasus dalam foto di atas adalah contoh adegan yang besar 
resikonya untuk gagal tapi ditembak dengan cerdas, mengapa? Coba Anda 
lihat posisi wajah musisi dalam foto yang duduk di sisi kiri frame. 
Kemudian ada subjek menarik lainnya di sisi kanan frame. Artinya di situ
 ada dua kelompok subjek yang berkesempatan menjadi subjek utama. Ini 
bahaya!! 
Seandainya musisi dalam foto tersebut "mengalihkan wajahnya"
 ke samping kiri melihat kelompok subjek yang ada di samping kanan 
frame, maka yang akan menjadi subjek utama adalah kelompok subjek yang 
berada di samping kanan tersebut, sedangkan subjek musisi akan terbaikan
 dari pandangan pertama pemirsa. Tapi untungnya wajah musisi 
menghadap ke depan sehingga sedikit banyak menarik perhatian pemirsa 
untuk tidak langsung berpindah ke subjek samping kanan frame.
14. Left to Right Rule
Ada teori yang mengatakan bahwa cara kita yang umumnya "membaca" teks
 dari kiri ke kanan juga berlaku sama untuk cara membaca sebuah gambar. 
Untuk alasan ini, disarankan bahwa setiap gerak yang digambarkan dalam 
sebuah foto harus mengalir dari kiri ke kanan (Left to Right Rule).
 Namun bila berpegang pada metode membaca teks, maka bukan berarti jika 
ada metode lain yang membaca teks dari kanan ke kiri (bahas Arab 
misalnya), maka fotografer tidak perlu menerapkan cara yang sama pada 
gambarnya jika seandainya gambar tersebut juga diambil di negara Arab.
Contoh kasus nyata: 
Fotografer Barry O Carroll pernah dikritik
 oleh juri lomba karena seorang wanita dalam fotonya berjalan dari kanan
 ke kiri. Juri mengatakan bahwa itu tidak mengikuti pedoman "Left to Right Rule". Barry menjelaskan pada juri bahwa foto itu diambil di Tunisia di mana orang-orang di sana membaca teks dari kanan ke kiri. Hasilnya, ia tidak menang.
 Artinya, aturan komposisi ini tidak mengikuti kebiasaan suatu kelompok /
 daerah dalam hal cara membaca teks. Mau kiri, kanan, atas, bawah, 
aturannya tetap sama yaitu "
kiri ke kanan".
Foto di atas contoh yang mengikuti pedoman "
Left to Right Rule". Wanita berjalan dengan anjingnya di Taman 
Tuileries, 
Paris, begerak dari kiri ke kanan frame. Foto ini juga menggunakan komposisi 
Rule of Space.
 Anda akan melihat bahwa ada lebih banyak ruang di depan wanita 
ketimbang di belakangnya. Dia memiliki banyak "ruang" untuk berjalan ke 
dalam frame. Foto tersebut juga menggunakan 
Rule of Thirds dan 
Frame within a Frame untuk menenangkan adegan dalam foto.
15. Balance Elements (Keseimbangan Elemen) Dalam Adegan
Pedoman komposisi pertama yang kita bahas di artikel sebelumnya adalah 
aturan pertiga atau Rule of Thirds. Hal ini tentu saja berarti bahwa 
kita sering menempatkan subjek utama ke sisi frame sepanjang satu dari 
garis grid vertikal. Kadang-kadang ini dapat menyebabkan kurangnya 
keseimbangan dalam adegan. Hal ini juga dapat meninggalkan semacam 
"kekosongan" dalam frame.
Untuk mengatasi hal tersebut, coba Anda masukkan subjek sekunder 
(subjek kedua selain subjek utama) yang tidak terlalu penting atau 
ukurannya lebih kecil di sisi yang berlawanan dari subjek utama. Ini
 teknik keseimbangan yang keluar dari komposisi tanpa harus menarik 
fokus keluar dari subjek utama. Lihatlah foto di bawah ini, subjek tiang
 lampu hiasan di 
Pont Alexandre III, 
Paris.
Tiang lampu itu sendiri sebagai subjek utama (POI) mengisi sisi kiri frame, sementara 
menara Eiffel sebagai subjek sekunder ikut menyeimbangkan adegan karena berada di sisi berlawan dari subjek utama.
Kalian mungkin akan mengatakan bahwa komposisi ini tampaknya 
bertentangan dengan gagasan ruang negatif yang disebutkan dalam pedoman 
terakhir di artikel sebelumnya. Hal ini juga bertentangan dengan "
Rule of Odds"
 karena kita sekarang memiliki bahkan lebih dari satu elemen dalam 
adegan. Perlu Anda ingat bahwa tidak ada aturan yang bisa dipecahkan 
dalam komposisi fotografi. Beberapa pedoman komposisi biasa saja 
bertentangan satu sama lain dan itu bukan masalah. 
Yang harus kita pahami bahwa tidak semua adegan memiliki kesamaan, misalnya adegan A mungkin lebih cocok menggunakan komposisi Ruang Negatif, sedangkan adegan B lebih cocok dengan komposisi Balance Elements.
 Akan ada situasi dan tempat yang memang sangat mendukung untuk 
diterapkan teknik komposisi tertentu, baik itu ruang negatif atau 
pedoman komposisi ini atau komposisi lainnya. Okey, mari kita lanjut.
Foto kedua di atas diambil di 
Venice. Sekali lagi, sebuah tiang 
lampu hias mendominasi satu sisi dari frame. Kemudian menara gereja di 
kejauhan sebagai subjek sekunder memberikan keseimbangan di sisi lain 
dari frame. Menara gereja di kejauhan faktanya jelas jauh lebih besar 
daripada tiang lampu. Tapi karena perspektif jarak sehingga menara 
gereja tampak lebih kecil dalam foto. Dengan komposisi ini akan menambah
 rasa kedalaman dan skala ke dalam adegan.
16. Juxtaposition
Juxtaposition adalah teknik komposisi yang sangat kuat dalam fotografi. 
Juxtaposition
 mengacu pada masuknya dua atau lebih elemen dalam sebuah adegan, yang 
mana tiap elemen memiliki kesan yang berbeda (kontras) atau malah 
sebaliknya saling menyanjung satu sama lain. Kedua pendekatan dapat 
bekerja dengan baik dan memainkan bagian penting dalam memungkinkan foto
 untuk menyampaikan sebuah cerita.
Lihatlah contoh foto di atas. Untuk adegan setengah di bawah frame, 
terlihat kios-kios berisi buku, poster, dll, yang sedikit kasar terkesan
 penuh kekacauan. Sedangkan pada bagian atas frame, terlihat bangunan 
katedral "
Notre Dame" abad pertengahan yang megah. Elemen gedung 
mewakili lambang tatanan, sedangkan kios-kios buku mewakili sebaliknya. 
Kedua elemen tersebut berada dalam kontras atau memiliki kesan yang 
berbeda satu sama lain, namun keduanya bekerja sama dengan baik. Keduan 
elemen menceritakan kota 
Paris dengan cara yang berbeda.
Foto di atas juga diambil di 
Prancis, tapi kali ini di desa kecil yang indah 
Meyssac, di Barat Selatan. Dalam gambar tersebut, mobil 
Citroen 2CV
 tua terlihat sempurna parkir di depan kafe khas Prancis dan itu yang 
menjadi background dalam foto tersebut. Dua elemen memuji satu sama lain
 dengan sempurna. Pria yang duduk di cafe dan hanya terlihat punggungnya
 saja adalah pemilik mobil. Dia tidak menyadari bahwa tanpa sengaja ia 
telah mengatur adegan yang kental dengan Prancis dengan parkir di depan 
cafe yang sangat khas dengan Prancis.
17. Golden Triangels (Segitiga Emas)
Komposisi "Golden Triangels" bekerja dalam cara yang sangat mirip dengan aturan pertiga atau Rule of Thirds.
 Alih-alih grid persegi panjang, tapi pada pedoman komposisi ini, frame 
dibagi dengan garis diagonal yang berjalan dari salah satu sudut menuju 
sudut lainnya. Kemudian ditambahkan dua garis dari dua sudut lainnya. 
Contohnya bisa Anda lihat pada gambar di bawah. Ini membagi frame 
menjadi serangkaian segitiga. Seperti yang Anda lihat, cara ini membantu
 fotografer untuk menyusun elemen dan juga menunjukan "ketegangan 
dinamis" yang kita pelajari di pedoman nomor 6 sebelumnya. Seperti Rule 
of Thirds, kita menggunakan garis (diagonal dalam kasus ini) untuk 
membantu memposisikan berbagai subjek dalam frame.
Foto di atas mengandung diagonal yang kuat mengikuti garis dari 
"segitiga emas". Jalan cahaya dari lalu lintas secara sempurna mengikuti
 garis diagonal yang berjalan dari sudut kanan atas ke pojok kiri bawah.
 Puncak-puncak bangunan di sebelah kiri frame dekat dengan diagonal 
kecil di sebelah kiri. Begitupula dengan diagonal kecil pada sebelah 
kanan frame dekat dengan sudut atas bangunan.
Sedangkan contoh foto di atas memanfaatkan "Rule of Thirds" dengan cara 
yang lebih halus. Kepala patung membuat "segitiga tersirat", kemudian 
garis dari patung membawa kita ke 
menara Eiffel di kejauhan. 
Garis yang lebih kecil di sebelah kiri bertemu tepat di titik tengah 
dari menara Eiffel. Sementara garis yang lebih kecil di sebelah kanan 
berjalan tepat antara dua patung. Aturan Golden Triangels dapat tampak 
seperti cara kompleks mengatur foto tetapi dapat mengakibatkan beberapa 
komposisi benar-benar mencolok.
18. Golden Ratio (Rasio Emas)
Apa itu Golden Ratio? Jika kita menggali rumus matematikanya ini sangat 
kompleks. Rasanya sulit menjelaskan pada Anda. Keterkaitannya dengan 
fotografi sulit untuk dipahami, bagaimana cara mereka yang pro 
menerapkan komposisi ini. Tapi saya akan mencoba menjelaskan pada Anda.
Dalam hal ini, saya memilih mengikuti pendapat 
Barry O Carroll yang juga sama dengan persepsi fotografer 
Cartier Bresson. 
Berdasarkan
 rumus Golden Ratio itu sendiri, sederhananya bahwa komposisi ini 
bertujuan untuk mengatur kumpulan subjek yang sama kuatnya, lalu 
menentukan mana yang harus diprioritaskan dan secara berjenjang mengalir
 sampai ke subjek terakhir. Jika mengacu pada angka-angka 
Fibonacci,
 maka subjek yang diprioritaskan bisa jadi dipilih karena kuantitas, 
ukuran subjek, atau pertimbangan lainnya. Jika itu mengenai ukuran, maka
 yang menjadi subjek utama bisa jadi memiliki ukuran lebih besar dan 
yang lain lebih kecil atau malah sebaliknya. Kemudian komposisi Golden 
Ratio akan menghubungkan semua itu, agar lebih tertata dan memandu mata 
pemirsa untuk melihat adegan secara teratur dari subjek prioritas sampai
 ke subjek terakhir. Di bawah ini adalah matematika Golden Ratio:
Itu dasar Golden Ratio yang tidak hanya menyangkut fotografi saja .
 Saya tidak akan mengajak Anda masuk ke rincian rumit itu. Benar, ini 
seperti versi yang sedikit lebih rumit dari aturan pertiga. Alih-alih 
kotak biasa, pada komposisi ini frame dibagi menjadi serangkaian kotak 
seperti pada foto di bawah. Hal ini dikenal sebagai "
Phi Grid". 
Kotak-kotak itu secara berjenjang memiliki ukuran dari yang besar sampai
 kotak paling kecil. Kemudian Anda bisa menggunakan kotak itu untuk 
menggambar spiral yang terlihat seperti 
cangkang siput. Ini disebut sebagai "
Fibonacci Spiral", dan besarnya kotak yang bertahap mengecil merupakan perwakilan dari angka-angka dari Fibonacci.
Kotak-kotak itu akan membantu mengatur posisi subjek dalam adegan, mulai
 dari yang prioritas sampai yang terakhir. Sedangkan spiral memberikan 
kita gambaran tentang bagaimana adegan harus mengalir dari yang 
prioritas sampai ke subjek lainnya. Bingung ya? Coba bacanya pelan-pelan
 saja.
Pada contoh foto di atas, ada dua subjek yang sama kuat yaitu tangga dan
 subjek manusia. Subjek tangga memenuhi sebagian besar area kiri frame, 
sehingga bisa disimpulkan bahwa tangga diprioritaskan karena ukurannya 
yang lebih besar maka terlihat lebih menonjol. Kemudian pengaturan 
dengan Fibonacci Spiral akan memandu mata pemirsa untuk melihat mulai 
dari tangga menuju dua wanita yang duduk di area kanan frame. Mungkin 
ini adegan yang tak disengaja, tetapi tampaknya bekerja dengan baik 
untuk komposisi Golden Ratio.
Untuk foto di atas adalah contoh yang lebih kompleks. Golden Ratio dapat
 diatur dari arah yang berbeda. Dalam foto di atas, spiral memandu mata 
pemirsa mulai dari jembatan bawah (dari yang paling besar) menuju ke 
kastil di bagian atas frame (sampai subjek yang paling kecil). Adegan 
tak disengaja lainnya, tapi bekerja dengan baik!
Jelas, akan mustahil memiliki semua pedoman komposisi dalam pikiran Anda
 ketia Anda sedang melakukan pemotretan. Tapi cobalah rutin latihan 
dengan menggunakan satu atau dua teknik komposisi setiap kali Anda 
keluar memotret. Setelah rutin latihan, Anda akan terbiasa dengan 
pedoman komposisi ini. Anda akan mulai menggunakannya secara alami tanpa
 harus berpikir seperti baru mengenal teknik komposisi. Seperti yang 
dapat Anda lihat dari contoh foto komposisi Golden Ratio, fotografernya 
bahkan menerapkan itu tanpa sengaja.
  E. Tips Membuat Garis Komposisi Dengan Jari
Beberapa contoh foto dari komposisi yang saya tulis di sini dan artikel 
sebelumnya, memiliki garis pandu yang rumit seperti komposisi Diagonal 
dan Segitiga untuk menciptakan ketegangan dinamis, atau komposisi 
Balance Elements, Golden Triangels dan Golden Ratio. Nah, karena 
faktanya di lapangan garis itu tidak ada pada adegan, begitupula pada 
mode Life View kamera hanya ada garis lurus vertikal dan horizontal 
untuk Rule of Thirds, dan tidak ada garis miring atau berbentuk 
segitiga. Solusinya Anda bisa menggunakan jari Anda untuk membentuk 
garis petunjuk dari komposisi rumit yang saya sebutkan di atas.

 
Selama ini jari telunjuk dan jempol dari kedua tangan kita hanya 
digunakan dan dibentuk menjadi frame kotak untuk memperkirakan area 
adegan yang akan dimasukkan ke dalam frame, seperti yang ditunjukan 
gambar di atas. Berangkat dari situ maka saya menulis tips tambahan ini 
untuk membantu Anda menata elemen langsung di lapangan. Jari telunjuk 
dan jempol Anda bisa Anda gunakan untuk membentuk garis pandu dari 
komposisi yang rumit. Rule of Thirds tidak saya masukkan pada tips ini 
karena garis pandunya sudah tersedia di kamera. Saya pikir ini lebih 
baik daripada hanya menebak jarak dan posisi subjek.
F. KESIMPULAN
Jika ingin menjadi seorang fotografer , kita harus memahami tentang teknik komposisi juga . Teknik komposisi itu juga penting dalam dunia fotografi.
REFERENSI :
http://www.kelasfotografi.com/2015/09/mengenal-komposisi-dalam-fotografi.html
http://luhkomang.blogspot.co.id/
Wassalamualaikum wr.wb 
 
0 komentar:
Posting Komentar