Rabu, 11 Januari 2017

LANJUTAN MATERI TEKNIK KOMPOSISI DALAM FOTOGRAFI

     A.    Latar Belakang
Sejak diperkenalkannya fotografi pada tahun 1826, dimana pada saat itu fotografi dikenal sebagai kajian ilmu yang sangat baru dan awam bagi masyarakat dunia. Seiring berjalannya waktu dan jaman kini fotografi perkembangannya demikian pesat. Perkembangan teknologi yang canggih pengambilan gambar saat ini bisa dilakukan setiap hari hampir 24 jam, dengan teknik pencahayaan pengambilan gambar akan terlihat mudah.Mata kuliah fotografi merupakan suatu bidang kajian ilmu yang dipelajari dalam perkuliahan di jurusan Ilmu Komunikasi konsentrai Hubungan Masyarakat. Kajian fotografi ini sebagai bagian dari kegiatan humas untuk memberikan pengetahuan secara praktis dan teoritis bagaimana menggunakan seuatu kamera, serta mendapatkan gambar atau potret yang memberikan makna pemberian pesan yang lebih efektif dalam setiap informasi yang akan disampaikan oleh seorang Humas.Dalam kajian fotografi ini akan membahas tentang sejarah awal mulanya fotografi,pengertian fotografi, anatomi kamera, pencahayaan, serta proses dan teknik pengambilan gambar.
 B. ALAT DAN BAHAN :
1. Laptop 
2. Koneksi Internet
C. WAKTU PELAKSANAAN : 
Sesuai dengan banyaknya materi .

D. PEMBAHASANNYA :
Komposisi mengacu pada cara mengatur dan menata berbagai elemen dari sebuah adegan dalam frame. Elemen yang dimaksud di sini meliputi subjek dan objek dari adegan. Sedangkan yang dimaksud dengan adegan adalah apa yang akan Anda foto. Komposisi bukan aturan keras tetapi "pedoman". Hal ini telah digunakan dalam seni selama ribuan tahun dan sampai saat ini komposisi telah membantu banyak fotografer profesional untuk mencapai gambar dengan perspektif yang lebih menarik.




Dalam artikel ini, saya akan lebih cenderung membahas teknik-teknik komposisi yang kuat untuk meningkatkan fotografi Anda. Ada 18 pedoman teknik komposisi yang akan saya bahas pada topik kali ini. Saya pribadi biasanya memiliki satu atau lebih dari pedoman dalam pikiran saya ketika sedang menyiapkan kamera. Baik, kita akan mulai dengan membahas teknik komposisi yang paling umum dan terkenal di semua kalangan fotografer yaitu "Aturan Pertiga" atau "Rule of Thirds".

1. Rule of Thirds (Aturan Pertiga)

Aturan pertiga atau Rule of Thirds ini sangat sederhana. Anda hanya perlu membagi frame menjadi 3 bagian vertikal dan 3 bagian horizontal, sehingga keseluruhan menghasilkan 9 bagian (kotak) seperti yang ditunjukan pada gambar di bawah. Hari ini, hampir semua produsen kamera bahkan termasuk smartphone menyediakan bantuan garis "grid" yang tidak lain adalah untuk aturan pertiga atau Rule of Thirds. Nah, garis itu akan membantu Anda mengatur komposisi yang baik. Coba periksa kamera Anda sekarang. Untuk kamera DSLR, Anda bisa melihat garis ini pada mode Life View, bukan lewat jendela bidik (Viewfinder). 

Dengan garis Rule of Thirds Anda bisa menempatkan elemen penting dari adegan sepanjang satu atau lebih garis vertikal. Kebanyakan orang cenderung ingin menempatkan subjek utama (POI) di tengah frame. Tapi jika Anda berani menempatkan subjek keluar dari pusat dengan aturan pertiga ini, maka Anda akan lebih sering menemukan komposisi yang lebih menarik. Itulah kegunaan dari Rule of Thirds, yang tidak hanya untuk membuat susunan elemen dalam gambar menjadi rapi, tetapi dapat juga Anda gunakan untuk mencapai perspektif yang unik.


Pada foto di atas, horizontal bumi ditempatkan pada bagian bawah frame, sedangkan pohon-pohon terbesar diletakkan pada bagian kanan frame. Sekarang Anda lihat sendiri, garis dari Rule of Thirds telah membantu meluruskan garis horizontal dari bumi dan juga pohon agar terlihat tegak lurus dalam frame. Kesimpulannya bahwa Rule of Thirds ini akan membantu gambar Anda menjadi lebih rapi dan tidak miring sana-sini. Tapi bukan hanya sebatas kerapian saja, membuat komposisi dengan aturan pertiga bisa menghasilkan visual yang berbeda atau perspektif yang unik. Contohnya kembali lagi pada foto di atas, jika seandainya pohon-pohon besar ditempatkan di tengah frame maka gambar tersebut tidak lagi menampilkan visual yang sama. Ini lah menariknya bermain dengan komposisi. Untuk melihat perbedaannya, cobalah sering-sering latihan.



Untuk foto "Old Town Square" di atas, horizontal bumi ditempatkan pada bagian atas frame. Sedangkan menara gereja ditempatkan di bagian kanan frame. Adapun bangunan depan gereja ada yang serong ke kiri dan ke kanan. Tampak depan bangunan gereja juga tidak lurus. Tapi dengan pengaturan demikian, gambar menunjukan komposisi yang tidak hanya rapi tapi juga teliti, sehingga gambar di atas termasuk gambar yang kuat dengan komposisi yang menarik.

2. Komposisi Tengah dan Simetri

Saya tidak berani mengatakan bahwa posisi subjek di tengah frame adalah pilihan yang terbaik. Tidak, semua tergantung posisi subjek yang Anda hadapi. Bisa jadi menarik di pusat atau justru sebaliknya. Apalagi seni itu menyangkut selera kita masing-masing. Biasanya untuk beberapa adegan, komposisi subjek di tengah akan bekerja lebih baik. Tapi untuk memberi Anda sedikit gambaran, saya akan menunjukan salah satu alasan mengapa beberapa orang kadang menempatkan subjeknya di tengah frame, salah satunya dan paling sering adalah untuk adegan "simetri".


Foto di atas adalah contoh adegan simetri yang baik. Artinya, penempatan subjek lampu jembatan di sepanjang tengah frame benar-benar bekerja dengan baik. Lihat saja sendiri, pembagian sisi kiri dan kanan jembatan benar-benar seimbang. Tapi apakah hal tersebut akan selalu berlaku sama pada subjek / objek lainnya? Tidak juga. Keberuntunagn foto di atas karena arsitekturnya yang memang rapi sehingga simetri bekerja dengan baik. Kesimpulannya bahwa dengan teknik simetri Anda harus memperhatikan proporsional objek yang Anda bidik.


Adegan yang mengandung refleksi juga merupakan kesempatan besar untuk menggunakan simetri dalam komposisi gambar Anda. Pada gambar di atas menggunakan campuran aturan pertiga dan simetri untuk menyusun adegan. Pohon diposisikan keluar dari pusat yaitu di bagian kanan frame tapi memiliki refleksi. Dari contoh gambar di atas, artinya Anda dapat juga menggabungkan beberapa pedoman komposisi dalam satu adegan.

3. Foreground Interest dan Kedalaman

Menangkap beberapa subjek menarik untuk dijadikan poin di latar depan (Foreground Interest) adalah cara yang bagus untuk menambahkan rasa kedalaman pada sebuah adegan. Hal tersebut merupakan juga salah satu dari teknik komposisi yang untuk menampilkan gambar seolah 3D.


Objek foto di atas adalah air terjun di Belanda. Elemen batu di sungai menjadi subjek yang sempurna sebagai "Foreground Interest". Menambahkan elemen penting di latar depan sering kali bekerja dengan baik, apalagi jika adegan diambil menggunakan lensa sudut lebar (wide-angle).



Contoh lainnya adalah foto di atas. Sebuah rantai di sepanjang tepi dermaga menjadi peluang besar untuk mengambil poin sebagai Foreground Interest. Ini salah satu contoh membuat sebuah kedalaman dengan komposisi. Dan itu diperkuat dengan tambahan elemen lain di sepanjang sisi kiri rantai yaitu tepi dermaga dan lampu jalan. Kemudian yang menjadi menarik dari pengaturan foto di atas bahwa di belakang rantai ada objek bangunan megah, dan terlihat juga sebuah jembatan yang menghubungkan antara objek tersebut dengan tepi dermaga. Nah, yang menjadi pusat perhatian utama dari seluruh elemen dalam gambar adalah rantai kapal. Menarik bukan? Itu lah contoh komposisi Foreground Interest.

4. Frame within a Frame (Bingkai Dalam Frame)

Mungkin perlu saya perjelas bahwa arti "frame" yang saya sebut-sebut di sepanjang pembahasan di atas adalah luas area adegan yang mampu ditangkap oleh kamera Anda (lebar x tinggi). Jadi jangan Anda keliru dengan penggunaan kata frame tersebut dan kata frame lainnya (bingkai).
Untuk teknik komposisi ini, cobalah Anda mencari elemen-elemen seperti jendela, gerbang masuk bangunan atau cabang pohon yang melengkung untuk membingkai adegan. Bingkai tidak perlu harus mengelilingi seluruh adegan agar ia menjadi efektif.


Pada foto St Mark’s Square di atas, sebuah gerbang dimanfaatkan untuk membingkai objek yaitu bangunan Marks Basilica. Menampilkan pemandangan dari sebuah elemen lengkung adalah ciri khas umum dari lukisan "Renaissance" sebagai cara untuk menggambarkan sebuah kedalaman. Hal itu kemudian diterapkan juga pada seni fotografi dalam teknik komposisi "Frame within a Frame", dan foto di atas adalah contohnya.


Bingkai tidak harus benda buatan manusia seperti gerbang atau jendela. Contoh lain adalah foto di atas yang diambil di County Kildare, Irlandia. Batang pohon diposisikan di kanan, kemudian memanfaatkan cabangnya yang memanjang ke kiri untuk membingkai adegan yaitu jembatan dan rumah perahu. Coba Anda perhatikan, meskipun bingkai tidak benar-benar mengelilingi seluruh adegan tapi masih bisa menambah rasa kedalaman pada gambar tersebut.
Dengan Anda menggunakan teknik komposisi "Frame Within a Frame" atau bingkai dalam frame dapat memberikan kesempatan besar untuk memanfaatkan banyak elemen di sekitar Anda, untuk menjadi kreatif dalam komposisi Anda.

5. Leading Lines (Garis Pembimbing) 

Leading Lines dapat membantu mereka yang melihat foto Anda untuk melihat sepanjang gambar dan memusatkan perhatian pada elemen-elemen penting. Apa pun yang menjadi jalur, dinding atau pola dapat digunakan sebagai garis pemimbing atau Leading Lines. Lihatlah contoh di bawah ini.


Dalam foto menara Eiffel di atas, pola yang terbentuk di lantai dimanfaatkan sebagi Leading Lines. Semua garis di lantai menuju pada satu titik yaitu ke menara Eiffel yang berada di kejauhan. Kalau Anda jeli melihat gambar di atas, bahwa foto di atas juga menggunakan "komposisi tengah" sehingga terlihat adegan simetri. Ya, seperti yang saya katakan sebelumnya bahwa kita bisa menggunakan dua atau lebih teknik komposisi sekaligus.


Tapi ingat, garis pembimbing tidak harus lurus, contoh lainnya seperti gambar di atas. Sekalipun itu garis lengkung namun karena itu jelas menonjolkan satu subjek, sehingga cara tersebut menjadi komposisi khas yang sangat menarik. Dalam kasus foto pemandangan di atas, lengkungan jalan di mulai dari arah kiri kemudian melengkung di sebelah kanan pohon. Dan pada pengambilan adegan di atas diterapkan bersama aturan pertiga (Rule of Thirds).

6. Diagonal dan Segitiga

Sering dikatakan bahwa komposisi diagonal dan segitiga dapat menambahkan "ketegangan dinamis" pada sebuah gambar. Apa Anda tahu yang saya maksud dengan ketegangan dinamis di sini? Untuk memahaminya saya beri Anda contoh menggunakan horizontal. Jika Anda melihat seseorang berdiri di atas permukaan yang horizontal, maka ia akan terlihat stabil. Tapi jika seseorang berdiri di permukaan yang miring seperti arah jarum jam 02.00, maka ia terlihat kurang stabil. Nah, hal tersebut menciptakan sebuah visual ketegangan tertentu. Kita bisa membuat visual seperti itu dengan mengambil adegan dari sudut tertentu yang bisa membuat seolah subjek berdiri di atas kemiringan. 

Semua orang dalam kehidupan sehari-harinya tentu tidak ingin melihat sesuatu dengan posisi kepala sengaja dimiringkan. Sehingga ketegangan dinamis oleh komposisi segitiga dalam fotografi jarang terfikirkan oleh kebanyakan fotografer. Selain itu, memasukkan teknik komposisi segitiga ke dalam adegan adalah cara yang efektif untuk memahami seperti apa itu ketegangan dinamis yang ditimbulkan oleh komposisi tersebut.


Contohnya gambar di atas yang menggabungkan banyak segitiga dan diagonal ke dalam adegan. Jembatan itu sendiri adalah segitiga yang sebenarnya dan ada juga beberapa segitiga "tersirat" dalam adegan. Perhatikan, ada Leading Lines di sebelah kanan frame, semua diagonal dan bentuk segitiga yang bertemu pada titik yang sama. Itu adalah "segitiga tersirat". Objek yang memiliki garis diagonal ke arah yang berbeda dapat menambahkan banyak "ketegangan dinamis" ke dalam adegan. Sekali lagi, Anda dapat melihat bagaimana cara menggabungkan dua teknik untuk menyusun komposisi gambar yaitu Leading Lines dan diagonal.


Dalam foto Hotel de Ville di atas, segitiga dan diagonal tersirat menciptakan rasa ketegangan dinamis. Bangunan yang seolah berdiri di atas tanah yang miring ditimbulkan oleh perspektif dari sudut pengambilan gambar di arah kanan. Inilah yang menciptakan ketegangan visual.

7. Pola dan Tekstur

Manusia secara alamiah tertarik pada pola. Karena secara visual pola menarik dan mensugesti sebuah harmoni. Pola bisa dibuat oleh manusia seperti serangkaian bangunan lengkung atau alami seperti kelopak bunga. Menggabungkan pola dalam foto-foto Anda adalah cara alternatif lainnya untuk membuat komposisi yang menyenangkan. Kemudian, memiliki banyak tekstur dalam gambar juga bisa sangat menyenangkan di mata pemirsa (orang-orang yang melihat foto Anda).



Foto di atas diambil di Tunisia dengan memanfaatkan pola yang terbentuk di lantai untuk membimbing mata pemirsa ke bangunan berkubah. Ini mirip dengan cara kerja komposisi Leading Lines. Bangunan itu sendiri menggabungkan pola dalam bentuk serangkaian lengkungan.


Dalam foto kedua di atas juga ditembak di Tunisia, dan saya benar-benar menyukai tekstur batu di lantai. Tekstur tersebut kurang teratur ketimbang pola pada foto pertama di atas, tapi permainan cahaya dan bayangan di permukaan sangat menyenangkan. Ada juga tekstur menarik pada dinding dan atap. Anda mungkin juga telah memperhatikan bahwa lengkungan pada pintu menciptakan "Frame within a Frame". 

8. Rule of Odds

Dalam dunia fotografi, tentu ada banyak peluang tapi "Rule of Odds" adalah sesuatu yang sama sekali berbeda. Aturan ini menunjukkan bahwa gambar akan lebih menarik secara visual jika ada yang "ganjil" pada subjek. Aneh bukan? Teori ini mensugesti pemirsa bahwa jumlah elemen ganjil dalam sebuah adegan akan mengganggu mata pemirsa sehingga tidak yakin untuk memfokuskan perhatiannya pada subjek yang mana. Teknik ini memanfaatkan kekurangan dari adegan. Karena seperti yang kita ketahui bahwa sesuatu yang ganjil itu akan lebih mudah mencuri perhatian banyak orang. Sebenarnya, saya pikir ada banyak kasus di mana hal ini bisa saja dihindari, tetapi akan ada tempat dan situasi di mana hal ini akan tetap berlaku.



Foto di atas adalah contoh dari teknik komposisi Rule of Odds. Fotografernya sengaja membingkai adegan dengan memasukkan tiga lengkungan. Itu pilihan yang lebih baik, karena dua lengkungan biasanya tidak bekerja dengan baik dan bisa berpotensi membuat perhatian pemirsa terbagi ke kiri atau kanan. Coba Anda perhatikan, yang ganjil pada foto di atas adalah tiga buah lampu dengan posisi kabel yang berbeda, kemudian dua manusia di lengkungan tengah dan satu manusia di lengkungan kiri. Gambar tersebut juga menggabungkan komposisi pola dan "Frame within a Frame".

9. Fill the Frame


Sesuai namanya, bahwa teknik komposisi ini akan mengisi penuh frame dengan subjek Anda, dan hanya meninggalkan sedikit atau tidak sama sekali ada ruang di sekitar subjek. Ini membantu subjek untuk tampil fokus sepenuhnya sebagai subjek utama dan tanpa gangguan. Hal ini juga memungkinkan pemirsa untuk mengeksplorasi detail dari subjek yang tidak akan memungkinkan jika subjek difoto dari kejauhan. Komposisi "Fill the Frame" sering memberi Anda peluang untuk begitu dekat dan dapat memotong elemen-elemen penggangu dari subjek Anda. Dalam banyak kasus, teknik ini dapat menunjukan tampilan subjek yang sangat alami dengan komposisi yang menarik.
Image Credit © Barry O Carroll


Pada foto singa sebelah kiri di atas, subjek mengisi frame sepenuhnya dengan wajahnya. Hal ini memungkinkan pemirsa untuk benar-benar fokus pada rincian seperti mata, tekstur dan bulu singa. Anda juga mungkin memperhatikan bahwa foto singa tersebut menggunakan Rule of Thirds untuk mengatur keseimbangan mata, hidung dan mulut singa. Sedangkan pada foto kedua sebelah kanan, ada sedikit sisa ruang di sekitar subjek bangunan. Poin pada foto tersebut adalah untuk menampilkan detail arsitektur pada sisi depan dan samping gedung.

10. Ruang Negatif


Sederhanya pedoman komposisi ini adalah kebalikan dari teknik komposisi Fill the Frame di atas. Mengambil banyak ruang yang kosong atau ruang "negatif" di sekitar subjek juga bisa menjadi sangat menarik. Ini menciptakan rasa kesederhanaan dan minimalis. Teknik komposisi ini mempunyai tujuan yang sama seperti Fill the Frame yaitu membantu untuk fokus pada tampilan subjek utama tanpa gangguan.


Foto patung Dewa Siwa di atas sebenarnya contoh yang baik untuk komposisi ruang negatif. Patung sebagai subjek utama tetapi foto di atas telah meninggalkan banyak ruang dan hanya diisi oleh langit di sekitarnya. Ini memfokuskan perhatian kita pada patung itu sendiri dan juga menciptakan rasa kesederhanaan. Tidak ada yang rumit tentang adegan, hanya patung yang dikelilingi oleh langit, itu saja. Kemudian foto menggunakan Rule of Thirds untuk menempatkan patung di sebelah kanan frame.
Saya sering menggunakan komposisi ini untuk memotret lomba panjat pinang, sehingga subjek terlihat seperti berinteraksi di langit. Selain itu, komposisi ini juga bisa digunakan untuk membuat foto minimalis, meskipun konsep foto minimalis memiliki pedoman khusus tersendiri.

11. Simplicity (Sederhana) dan Minimalis

Dalam pedoman terakhir di artikel sebelumnya, kita melihat bagaimana hasil dari komposisi yang menggunakan ruang negatif di sekitar subjek utama, yang dapat menciptakan rasa kesederhanaan dan minimalis. Kesederhanaan itu sendiri dapat menjadi alat komposisi yang kuat dan juga salah satu teknik komposisi yang dikenal sebagai "Simplicity". Simplicity sering diartikan sebagai memotret dengan latar belakang (background) yang tidak rumit atau yang tidak mengalihkan perhatian dari subjek utama. Tapi cara lain menerapkan komposisi ini bisa juga dengan melakukan zooming pada bagian dari subjek dan fokus pada detail tertentu dari subjek.


Dalam foto pertama di atas, mata pemirsa akan terfokus pada tetesan air di atas daun. Ini merupakan subjek sederhana namun juga sangat indah justru karena kesederhanaannya. Dengan lensa makro Anda bisa dengan mudah membuat jenis foto seperti ini. Membuat background blur juga merupakan teknik komposisi untuk memisahkan subjek utama dengan background yang bisa saja mengganggu pandangan pemirsa, sehingga memudahkan mata pemirsa untuk fokus langsung pada subjek utama.

Dalam foto kedua di atas, penggunaan latar belakang yang sederhana (lebih pas jika polos) dan rapi bertujuan untuk memusatkan perhatian pemirsa pada pohon sebagai subjek utama (Poin of Interest). Foto ini memanfaatkan "ruang negatif" untuk menciptakan komposisi Simplicity dan minimalis. Foto di atas juga menggunakan teknik komposisi Rule of Thirds dan Leading Lines.

12. Kombinasi Warna

Penggunaan warna merupakan salah satu komposisi yang sering diabaikan. Teori warna adalah sesuatu yang desainer grafis, desainer fashion dan desainer interior, semua sangat akrab dengan permainan warna. Kombinasi warna yang pas / serasi dapat secara visual terlihat sangat mencolok. Maka disitulah letak poinnya. Dan itu yang akan kita manfaatkan dalam fotografi.


Coba Anda perhatikan roda warna di atas. Roda warna tersebut akan membantu Anda untuk membuat kombinasi warna yang serasi. Caranya Anda hanya perlu menggabungkan dua warna yang saling berlawanan pada roda warna di atas. Dan warna yang saling berlawanan itu lah yang dikatakan sebagai "complimentary colors". Sebagai seorang fotografer, kita bisa mencari adegan yang memiliki kombinasi warna complimentary sebagai cara untuk menciptakan komposisi yang menarik dan mencolok. Pernahkah Anda memperhatikan berapa banyak poster film memiliki skema warna biru dan kuning atau orange? Hal ini dilakukan dengan sengaja untuk membuat iklan yang menarik mata setiap orang yang melihatnya.


Foto di atas adalah contoh kombinasi warna yang cerdas yaitu biru tua dan kuning sehingga gedung terlihat mencolok sendiri dan mudah dikenali sebagai subjek utama. Strategi pemilihan warna kontras seperti ini akan membuat subjek utama mudah menarik perhatian pemirsa (orang-orang yang melihat foto Anda).


Merah dan biru juga bagian dari warna complimentary pada roda warna. Contohnya gedung pada foto di atas yang menyala dengan warna merah. Oleh karenanya membuat gedung sangat mencolok terhadap warna biru langit di malam hari. Saya suka memotret area perkotaan ketika langit biru pada awal menjelang malam. Birunya langit sebagai latar belakang menjadi sangat menarik untuk arsitektur kota dan lampu dari gedung. Dan bila langit berwarna hitam gelap menjelang pertengahan malam tidak akan terlihat mencolok dan kontras dengan lampu-lampu dalam kota.

13. Rule of Space

Aturan ruang atau Rule of Space berkaitan dengan arah subjek dalam gambar Anda yaitu menghadap atau bergerak ke arah mana. Jika Anda mengambil foto dari mobil yang bergerak misalnya, sebaiknya ada ruang yang tersisa di depan mobil daripada di belakangnya. Ini akan menjelaskan bahwa mobil dalam gambar sedang bergerak maju dan mudah dipahami mobil itu menuju ke arah mana. Mari kita lihat contoh dari foto perahu di bawah ini.


Dalam foto di atas, perahu berada di sisi kiri frame dan sedang bergerak ke kanan frame. Perhatikan bagaimana gambar terlihat karena ada lebih banyak ruang bagi perahu untuk pindah dari kiri ke kanan. Secara tidak langsung, cara ini akan membuat pemirsa membayangkan perahu berlayar di sepanjang sungai. Dan pemirsa akan cenderung menebak di mana arah tujuan perahu berlayar. Jika perahu itu tepat di sisi kanan dari frame, itu akan berpotensi menggiring pandangan pemirsa keluar dari foto itu.


Teknik komposisi ini juga dapat digunakan untuk memotret manusia. Pada contoh kasus dalam foto di atas adalah contoh adegan yang besar resikonya untuk gagal tapi ditembak dengan cerdas, mengapa? Coba Anda lihat posisi wajah musisi dalam foto yang duduk di sisi kiri frame. Kemudian ada subjek menarik lainnya di sisi kanan frame. Artinya di situ ada dua kelompok subjek yang berkesempatan menjadi subjek utama. Ini bahaya!! Seandainya musisi dalam foto tersebut "mengalihkan wajahnya" ke samping kiri melihat kelompok subjek yang ada di samping kanan frame, maka yang akan menjadi subjek utama adalah kelompok subjek yang berada di samping kanan tersebut, sedangkan subjek musisi akan terbaikan dari pandangan pertama pemirsa. Tapi untungnya wajah musisi menghadap ke depan sehingga sedikit banyak menarik perhatian pemirsa untuk tidak langsung berpindah ke subjek samping kanan frame.

14. Left to Right Rule

Ada teori yang mengatakan bahwa cara kita yang umumnya "membaca" teks dari kiri ke kanan juga berlaku sama untuk cara membaca sebuah gambar. Untuk alasan ini, disarankan bahwa setiap gerak yang digambarkan dalam sebuah foto harus mengalir dari kiri ke kanan (Left to Right Rule). Namun bila berpegang pada metode membaca teks, maka bukan berarti jika ada metode lain yang membaca teks dari kanan ke kiri (bahas Arab misalnya), maka fotografer tidak perlu menerapkan cara yang sama pada gambarnya jika seandainya gambar tersebut juga diambil di negara Arab.
Contoh kasus nyata: Fotografer Barry O Carroll pernah dikritik oleh juri lomba karena seorang wanita dalam fotonya berjalan dari kanan ke kiri. Juri mengatakan bahwa itu tidak mengikuti pedoman "Left to Right Rule". Barry menjelaskan pada juri bahwa foto itu diambil di Tunisia di mana orang-orang di sana membaca teks dari kanan ke kiri. Hasilnya, ia tidak menang. Artinya, aturan komposisi ini tidak mengikuti kebiasaan suatu kelompok / daerah dalam hal cara membaca teks. Mau kiri, kanan, atas, bawah, aturannya tetap sama yaitu "kiri ke kanan".


Foto di atas contoh yang mengikuti pedoman "Left to Right Rule". Wanita berjalan dengan anjingnya di Taman Tuileries, Paris, begerak dari kiri ke kanan frame. Foto ini juga menggunakan komposisi Rule of Space. Anda akan melihat bahwa ada lebih banyak ruang di depan wanita ketimbang di belakangnya. Dia memiliki banyak "ruang" untuk berjalan ke dalam frame. Foto tersebut juga menggunakan Rule of Thirds dan Frame within a Frame untuk menenangkan adegan dalam foto.

15. Balance Elements (Keseimbangan Elemen) Dalam Adegan

Pedoman komposisi pertama yang kita bahas di artikel sebelumnya adalah aturan pertiga atau Rule of Thirds. Hal ini tentu saja berarti bahwa kita sering menempatkan subjek utama ke sisi frame sepanjang satu dari garis grid vertikal. Kadang-kadang ini dapat menyebabkan kurangnya keseimbangan dalam adegan. Hal ini juga dapat meninggalkan semacam "kekosongan" dalam frame.
Untuk mengatasi hal tersebut, coba Anda masukkan subjek sekunder (subjek kedua selain subjek utama) yang tidak terlalu penting atau ukurannya lebih kecil di sisi yang berlawanan dari subjek utama. Ini teknik keseimbangan yang keluar dari komposisi tanpa harus menarik fokus keluar dari subjek utama. Lihatlah foto di bawah ini, subjek tiang lampu hiasan di Pont Alexandre III, Paris.

Tiang lampu itu sendiri sebagai subjek utama (POI) mengisi sisi kiri frame, sementara menara Eiffel sebagai subjek sekunder ikut menyeimbangkan adegan karena berada di sisi berlawan dari subjek utama.
Kalian mungkin akan mengatakan bahwa komposisi ini tampaknya bertentangan dengan gagasan ruang negatif yang disebutkan dalam pedoman terakhir di artikel sebelumnya. Hal ini juga bertentangan dengan "Rule of Odds" karena kita sekarang memiliki bahkan lebih dari satu elemen dalam adegan. Perlu Anda ingat bahwa tidak ada aturan yang bisa dipecahkan dalam komposisi fotografi. Beberapa pedoman komposisi biasa saja bertentangan satu sama lain dan itu bukan masalah. Yang harus kita pahami bahwa tidak semua adegan memiliki kesamaan, misalnya adegan A mungkin lebih cocok menggunakan komposisi Ruang Negatif, sedangkan adegan B lebih cocok dengan komposisi Balance Elements. Akan ada situasi dan tempat yang memang sangat mendukung untuk diterapkan teknik komposisi tertentu, baik itu ruang negatif atau pedoman komposisi ini atau komposisi lainnya. Okey, mari kita lanjut.


Foto kedua di atas diambil di Venice. Sekali lagi, sebuah tiang lampu hias mendominasi satu sisi dari frame. Kemudian menara gereja di kejauhan sebagai subjek sekunder memberikan keseimbangan di sisi lain dari frame. Menara gereja di kejauhan faktanya jelas jauh lebih besar daripada tiang lampu. Tapi karena perspektif jarak sehingga menara gereja tampak lebih kecil dalam foto. Dengan komposisi ini akan menambah rasa kedalaman dan skala ke dalam adegan.

16. Juxtaposition

Juxtaposition adalah teknik komposisi yang sangat kuat dalam fotografi. Juxtaposition mengacu pada masuknya dua atau lebih elemen dalam sebuah adegan, yang mana tiap elemen memiliki kesan yang berbeda (kontras) atau malah sebaliknya saling menyanjung satu sama lain. Kedua pendekatan dapat bekerja dengan baik dan memainkan bagian penting dalam memungkinkan foto untuk menyampaikan sebuah cerita.


Lihatlah contoh foto di atas. Untuk adegan setengah di bawah frame, terlihat kios-kios berisi buku, poster, dll, yang sedikit kasar terkesan penuh kekacauan. Sedangkan pada bagian atas frame, terlihat bangunan katedral "Notre Dame" abad pertengahan yang megah. Elemen gedung mewakili lambang tatanan, sedangkan kios-kios buku mewakili sebaliknya. Kedua elemen tersebut berada dalam kontras atau memiliki kesan yang berbeda satu sama lain, namun keduanya bekerja sama dengan baik. Keduan elemen menceritakan kota Paris dengan cara yang berbeda.


Foto di atas juga diambil di Prancis, tapi kali ini di desa kecil yang indah Meyssac, di Barat Selatan. Dalam gambar tersebut, mobil Citroen 2CV tua terlihat sempurna parkir di depan kafe khas Prancis dan itu yang menjadi background dalam foto tersebut. Dua elemen memuji satu sama lain dengan sempurna. Pria yang duduk di cafe dan hanya terlihat punggungnya saja adalah pemilik mobil. Dia tidak menyadari bahwa tanpa sengaja ia telah mengatur adegan yang kental dengan Prancis dengan parkir di depan cafe yang sangat khas dengan Prancis.

17. Golden Triangels (Segitiga Emas)

Komposisi "Golden Triangels" bekerja dalam cara yang sangat mirip dengan aturan pertiga atau Rule of Thirds. Alih-alih grid persegi panjang, tapi pada pedoman komposisi ini, frame dibagi dengan garis diagonal yang berjalan dari salah satu sudut menuju sudut lainnya. Kemudian ditambahkan dua garis dari dua sudut lainnya. Contohnya bisa Anda lihat pada gambar di bawah. Ini membagi frame menjadi serangkaian segitiga. Seperti yang Anda lihat, cara ini membantu fotografer untuk menyusun elemen dan juga menunjukan "ketegangan dinamis" yang kita pelajari di pedoman nomor 6 sebelumnya. Seperti Rule of Thirds, kita menggunakan garis (diagonal dalam kasus ini) untuk membantu memposisikan berbagai subjek dalam frame.


Foto di atas mengandung diagonal yang kuat mengikuti garis dari "segitiga emas". Jalan cahaya dari lalu lintas secara sempurna mengikuti garis diagonal yang berjalan dari sudut kanan atas ke pojok kiri bawah. Puncak-puncak bangunan di sebelah kiri frame dekat dengan diagonal kecil di sebelah kiri. Begitupula dengan diagonal kecil pada sebelah kanan frame dekat dengan sudut atas bangunan.


Sedangkan contoh foto di atas memanfaatkan "Rule of Thirds" dengan cara yang lebih halus. Kepala patung membuat "segitiga tersirat", kemudian garis dari patung membawa kita ke menara Eiffel di kejauhan. Garis yang lebih kecil di sebelah kiri bertemu tepat di titik tengah dari menara Eiffel. Sementara garis yang lebih kecil di sebelah kanan berjalan tepat antara dua patung. Aturan Golden Triangels dapat tampak seperti cara kompleks mengatur foto tetapi dapat mengakibatkan beberapa komposisi benar-benar mencolok.

18. Golden Ratio (Rasio Emas)

Apa itu Golden Ratio? Jika kita menggali rumus matematikanya ini sangat kompleks. Rasanya sulit menjelaskan pada Anda. Keterkaitannya dengan fotografi sulit untuk dipahami, bagaimana cara mereka yang pro menerapkan komposisi ini. Tapi saya akan mencoba menjelaskan pada Anda.
Dalam hal ini, saya memilih mengikuti pendapat Barry O Carroll yang juga sama dengan persepsi fotografer Cartier Bresson. Berdasarkan rumus Golden Ratio itu sendiri, sederhananya bahwa komposisi ini bertujuan untuk mengatur kumpulan subjek yang sama kuatnya, lalu menentukan mana yang harus diprioritaskan dan secara berjenjang mengalir sampai ke subjek terakhir. Jika mengacu pada angka-angka Fibonacci, maka subjek yang diprioritaskan bisa jadi dipilih karena kuantitas, ukuran subjek, atau pertimbangan lainnya. Jika itu mengenai ukuran, maka yang menjadi subjek utama bisa jadi memiliki ukuran lebih besar dan yang lain lebih kecil atau malah sebaliknya. Kemudian komposisi Golden Ratio akan menghubungkan semua itu, agar lebih tertata dan memandu mata pemirsa untuk melihat adegan secara teratur dari subjek prioritas sampai ke subjek terakhir. Di bawah ini adalah matematika Golden Ratio:

Itu dasar Golden Ratio yang tidak hanya menyangkut fotografi saja . Saya tidak akan mengajak Anda masuk ke rincian rumit itu. Benar, ini seperti versi yang sedikit lebih rumit dari aturan pertiga. Alih-alih kotak biasa, pada komposisi ini frame dibagi menjadi serangkaian kotak seperti pada foto di bawah. Hal ini dikenal sebagai "Phi Grid". Kotak-kotak itu secara berjenjang memiliki ukuran dari yang besar sampai kotak paling kecil. Kemudian Anda bisa menggunakan kotak itu untuk menggambar spiral yang terlihat seperti cangkang siput. Ini disebut sebagai "Fibonacci Spiral", dan besarnya kotak yang bertahap mengecil merupakan perwakilan dari angka-angka dari Fibonacci.
Kotak-kotak itu akan membantu mengatur posisi subjek dalam adegan, mulai dari yang prioritas sampai yang terakhir. Sedangkan spiral memberikan kita gambaran tentang bagaimana adegan harus mengalir dari yang prioritas sampai ke subjek lainnya. Bingung ya? Coba bacanya pelan-pelan saja.


Pada contoh foto di atas, ada dua subjek yang sama kuat yaitu tangga dan subjek manusia. Subjek tangga memenuhi sebagian besar area kiri frame, sehingga bisa disimpulkan bahwa tangga diprioritaskan karena ukurannya yang lebih besar maka terlihat lebih menonjol. Kemudian pengaturan dengan Fibonacci Spiral akan memandu mata pemirsa untuk melihat mulai dari tangga menuju dua wanita yang duduk di area kanan frame. Mungkin ini adegan yang tak disengaja, tetapi tampaknya bekerja dengan baik untuk komposisi Golden Ratio.


Untuk foto di atas adalah contoh yang lebih kompleks. Golden Ratio dapat diatur dari arah yang berbeda. Dalam foto di atas, spiral memandu mata pemirsa mulai dari jembatan bawah (dari yang paling besar) menuju ke kastil di bagian atas frame (sampai subjek yang paling kecil). Adegan tak disengaja lainnya, tapi bekerja dengan baik!
Jelas, akan mustahil memiliki semua pedoman komposisi dalam pikiran Anda ketia Anda sedang melakukan pemotretan. Tapi cobalah rutin latihan dengan menggunakan satu atau dua teknik komposisi setiap kali Anda keluar memotret. Setelah rutin latihan, Anda akan terbiasa dengan pedoman komposisi ini. Anda akan mulai menggunakannya secara alami tanpa harus berpikir seperti baru mengenal teknik komposisi. Seperti yang dapat Anda lihat dari contoh foto komposisi Golden Ratio, fotografernya bahkan menerapkan itu tanpa sengaja.

  E. Tips Membuat Garis Komposisi Dengan Jari


Beberapa contoh foto dari komposisi yang saya tulis di sini dan artikel sebelumnya, memiliki garis pandu yang rumit seperti komposisi Diagonal dan Segitiga untuk menciptakan ketegangan dinamis, atau komposisi Balance Elements, Golden Triangels dan Golden Ratio. Nah, karena faktanya di lapangan garis itu tidak ada pada adegan, begitupula pada mode Life View kamera hanya ada garis lurus vertikal dan horizontal untuk Rule of Thirds, dan tidak ada garis miring atau berbentuk segitiga. Solusinya Anda bisa menggunakan jari Anda untuk membentuk garis petunjuk dari komposisi rumit yang saya sebutkan di atas.


Selama ini jari telunjuk dan jempol dari kedua tangan kita hanya digunakan dan dibentuk menjadi frame kotak untuk memperkirakan area adegan yang akan dimasukkan ke dalam frame, seperti yang ditunjukan gambar di atas. Berangkat dari situ maka saya menulis tips tambahan ini untuk membantu Anda menata elemen langsung di lapangan. Jari telunjuk dan jempol Anda bisa Anda gunakan untuk membentuk garis pandu dari komposisi yang rumit. Rule of Thirds tidak saya masukkan pada tips ini karena garis pandunya sudah tersedia di kamera. Saya pikir ini lebih baik daripada hanya menebak jarak dan posisi subjek.
F. KESIMPULAN
Jika ingin menjadi seorang fotografer , kita harus memahami tentang teknik komposisi juga . Teknik komposisi itu juga penting dalam dunia fotografi.

REFERENSI :
http://www.kelasfotografi.com/2015/09/mengenal-komposisi-dalam-fotografi.html
http://luhkomang.blogspot.co.id/


Wassalamualaikum wr.wb

0 komentar:

Posting Komentar