Kamis , 22 Desember 2016
DASAR-DASAR SINEMATOGRAFI
Assalamualaikum wr.wb
Masih bosen gak yaa ketemu dengan blog saya ini.. Jangan sampai yakk , kali ini saya akan membahas tentang Dasar-dasar sinematografi , mari kita baca ulasan berikut ini:
A. PENGERTIAN
Apa itu sinematografi?
Menurut Wikipedia, Sinematografi berasal dari bahasa Yunani: kinema - κίνημα "gerakan" dan graphein - γράφειν "merekam". jadi artinya adalah pengaturan pencahayaan dan kamera ketika merekam gambar fotografis untuk suatu sinema.
Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide (dapat mengemban cerita).
Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama maka peralatannya pun mirip. Perbedaannya, peralatan fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar. Penyampaian ide pada fotografi memanfaatkan gambar tunggal, sedangkan pada sinematografi memanfaatkan rangkaian gambar. Jadi sinematografi adalah gabungan antara fotografi dengan teknik perangkaian gambar atau dalam sinematografi disebut montase (montage)
B. LATAR BELAKANG
Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa di kenal di dunia para sineas sebagai seluloid. Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grahp (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera.
Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi. Kamera film menggunakan pita seluloid (atau sejenisnya, sesuai perkembangan teknologi). Butiran silver halida yang menempel pada pita ini sangat sensitif terhadap cahaya. Saat proses cuci film, silver halida yang telah terekspos cahaya dengan ukuran yang tepat akan menghitam, sedangkan yang kurang atau sama sekali tidak terekspos akan tanggal dan larut bersama cairan pengembang (developer).
Definisi Film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya;
Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa. Pada generasi berikutnya fotografi bergeser padapenggunaan media digital elektronik sebagai penyimpan gambar.
Dalam bidang sinematografi perihal media penyimpan ini telah mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpan selluloid (film), pita analog, dan yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip). Bertolak dari pengertian ini maka film pada awalnya adalah karya sinematografi yang memanfaatkan media selluloid sebagai penyimpannya.
Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam bidang sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah film cerita dapat diproduksi tanpa menggunakan selluloid (media film). Bahkan saat ini sudah semakin sedikit film yang menggunakan media selluloid pada tahap pengambilan gambar. Pada tahap pasca produksi gambar yang telah diedit dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel. Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan Pada media selluloid, analog maupun digital.
Pada
industri perfilman, seorang Sinematografer atau DoP akan di Bantu
oleh sebuah tim yang dibentuknya mulai dari
- 1st Camera Assistant yang bertugas mendampingi dan membantu semua kebutuhan shooting mulai dari pengecekan alat-alat hingga mempersiapkan sebuah shot.
- Focus Puller yang bertugas membantu sinematografer dalam memutar focus ring pada lensa sehingga subjek yang diikuti kamera bisa terus dalam area fokus.
- Camera boy istilah ini sering digunakan pada industri film di Hollywood, adalah seorang asisten kamera yang bertugas membawa kamera atau mempersiapkan kamera mulai dari tripods hingga memasang kamera pada tripods tersebut.
- Grip adalah bertugas untuk memastikan letak kamera seperti yang diinginkan DoP baik secara level atau tinggi rendahnya. Grip juga bertanggung jawab dalam perpindahan kamera artinya Grip departemen yang memasang dolly track dsb.
- Gaffer adalah istilah untuk seorang yang bertanggung jawab atau kepala departemen pencahayaan. Bersama DoP , Gaffer akan berdiskusi tentang warna, jenis cahaya dan gaya tata cahaya DoP tersebut.
- Lightingman adalah orang-orang dalam departemen pencahayaan yang bekerja menata lampu sesuai dengan perintah Gaffer dan kemauan DoP.
Karena
film adalah sebuah kerja tim (Team Work) maka sangatlah penting untuk
seorang sinematografer atau DoP untuk mempunyai tim yang bisa bekerja
sama secara tim dengannya. Artinya tidak bekerja secara individu.
Seorang
sinematografer yang baik harus juga mengenal dengan baik atau memahami alat
yang akan dipakai dalam pembuatan sebuah film. Karena Kamera hanyalah “alat
Bantu” atau Tools saja maka seperti alat Bantu yang lainnya juga kita sebagai
Sinematografer yang memindahkan semua ilmu dan pengetahuan kita lewat kamera
tersebut. Artinya kamera harus menuruti kemauan kita yang sudah menjadi visi
sutradara dan visi cerita atau scenario.
Untuk
memahami kamera kita harus membaca buku prtunjuk dari setiap kamera yang akan
kita gunakan karena setiap industri kamera mempunyai tekhnologinya
sendiri-sendiri. Pada prinsipnya semua kamera sama dan hanyalah alat Bantu kita
mewujudkan gambar yang sesuai dengan yang di inginkan akan tetapi alangkah
baiknya jika pengguna sudah memahami kamera tersebut secara teknis dalam
petunjuk di bukunya (manual book).
Pada
masa sekarang kamera secara garis besar terbagi dalam 3 jenis dilihat dari
penggunaan bahan baku. Yaitu :
- Motion Picture Camera atau kamera dengan bahan baku seluloid baik 35 mm /16mm. Contoh kamera: Arriflex 435 Xtreme – 35 mm camera
- Video Camera atau kamera dengan bahan baku video tape. Contoh kamera: Sony HDV Video Camcorder
- Digital camera atau kamera dengan bahan baku digital / tapeless. Biasanya menggunakan CF card atau SD card bisa juga dengan cakram seperti DVD. Contoh kamera: Sony EX3 – Digital Camcorder
A.
Anatomi
kamera
1.
Tiga
bagian Prinsip kamera
- Lens
- Camera body
- Magazine / tape compartments
Lensa Pada prinsipnya lensa adalah
seperti mata kita atau mata kamera, untuk itu kebersihan dan kejernihannya
harus di jaga, karena lewat lensalah gambar / cahaya akan di transmisikan ke
film atau pita atau digital. Dalam sinematografi kita mengenal ada tiga jenis
lensa yaitu :
- Lensa Wide : adalah lensa dengan sudut pengambilan yang luas
- Lensa Normal : adalah lensa yang secara prespektif dianggap mewakili mata manusia dalam melihat dunia dan sekitarnya. Pada pembuatan film, lensa normal ini adalah lensa 50mm.
- Lensa Tele : adalah lensa dengan sudut pengambilan sempit.
Exposure
dan Scene Brightness
Exposure
bisa didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan dalam perekaman gambar.Fungsi
dasar sebuah lensa adalah meneruskan cahaya sehingga bisa digunakan untuk
mencetak gambar. Sama seperti fenomena lubang jarum atau pinhole phenomenon
artinya jika kita melepas lensa dan menggantikannya dengan kertas hitam dengan
lubang di tengahnya maka akan bisa juga untuk menangkap imajinasi hanya saja
waktu eksposur yang di perlukan akan lebih lama.
Camera
Body
Pada
bagian inilah gambar direkam atau di tangkap baik secara organik dengan
seluloid 35mm seperti pada kamera Film maupun perubahan dari cahaya ke
gelombang electromagnetic pada Video
atau Digital. Pada kamera film bagian ini yang paling penting
dijaga dari kontaminasi debu, cairan maupun radiasi karena akan mempengaruhi
hasil shooting. Pada kamera video atau digital pada bagian ini akan
banyak sekali tombol pengaturan imajinasi.
Pada
kamera Film, magazine adalah tempat kita memasang film baik sebelum maupun
setelah di ekspose. Pada kamera Video
atau Digital bagian ini adalah tape atau card compartments
yaitu bagian dimana kita memasang kartu seperti SD atau CF atau kaset video.
Gunakan
sinematografi sebagai seni. Yang harus selalu kita ingat adalah bahwa untuk
mencapai hasil yang maksimal dan memuaskan, diperlukan ketrampilan yang cukup.
Seorang sinematografer harus berusaha agar kamera tidak menjadi benda asing
baginya, kita harus mengenal setiap detail pada kamera tanpa harus berpikir
sehingga konsentrasinya dapat dipergunakan untuk bidang kreatif pada
sinematografi.
REFERENSI:
http://belajarteknikdasarfotografi.blogspot.co.id/2015/08/videografi.html Sekian dari postingan saya ini , semoga bermanfaat yakk...
Wassalamualaikum
nice info makasih ya kak
BalasHapuscek no axis sendiri